Selesai Misa, Ocha segera menuju pintu keluar. Setelah menghadap tabernakel membuat tanda salib lalu dia berjalan menuju tempat parkiran, dimana di situ sudah banyak anak muda yang bersendau gurau berdiri dan duduk di pintu keluar parkiran sepeda motor. Sambil bercanda para anak muda yang menamakan diri Mudika itu mencocokkan karcis, apakah sudah sesuai dengan nomor plat motor atau belum? Karena sudah mengenal beberapa nama, Ocha segera menghampiri para Mudika itu. Beberapa lalu diajak salaman, ditanya kabar, dan beberapa juga ditabok karena mencoba mengingatkan pada peristiwa persiapan Misa Inovatif yang sebenarnya tidak mau dia ingat kembali. Namun gara-gara menjadi panitia Misa Inovatif Malam Natal itu dia menjadi punya banyak teman di Mudika.
Awalnya karena dia aktif di Mudika Lingkungan, seorang seniornya di Mudika Lingkungannya menelpon dengan suara keras yang menandakan sifatnya, "Ini Mas Be, Dik kamu mau jadi panitia nggak? Soalnya ini panitianya kurang. Nanti tak bantu deh dengan senior yang lain. Gimana mau ya?" Karena merasa tidak punya kegiatan lain mungkin hanya kuliah dan berkegiatan di kampus namun di gereja dia belum pernah ikut kegiatan apapun akhirnya diterima juga tawaran Mas Be tersebut. Tak pernah disadarinya bahwa kesanggupan itulah awal dari segalanya.
Pada rapat pertama yang diadakan di sebuah serambi gedung dua lantai yang sering digunakan untuk rekaman itu, Ocha masih menjadi pendengar yang baik karena hanya dua orang yang dikenalnya di situ yaitu Mas Be dan Ketua Mudika Lingkungannya sendiri, sedangkan yang lain baru pertama kali tahu namanya setelah mereka semua memperkenalkan diri. Sebenarnya wajah-wajah itu tidak asing baginya sebab dia sering melihat mereka di gereja. Khususnya seorang laki-laki yang berkulit gelap, berambut agak gondrong, dan kemana-mana memakai jaket kulit hitam serta mengendarai motor laki-laki honda CB yang sudah butut itu. Laki-laki itu juga sering dilihatnya ikut paduan suara di deretan belakang juga pernah membacakan pasio sebagai Yesus. Laki-laki itulah yang membuka rapat siang itu. Dari cara bicaranya Ocha tahu bahwa laki-laki itu sangat menguasai teknik berbicara di depan umum sebab dia tidak pernah grogi seperti dirinya. Setelah memperkenalkan diri baru tahulah dia bahwa laki-laki ini yang bernama Mas Bejo yang terkenal itu.
Ketika sedang terbuai mendengar suara Mas Bejo yang sedang bercerita bahwa dia prihatin dengan kondisi gereja ini khususnya kaum mudanya yang tidak aktif dan tidak mau bangkit dari ketidurannya selama ini. Tiba-tiba ada laki-laki agak gemuk yang berkulit gelap mengaku terlambat lalu mendekati dirinya dan memperkenalkan diri, "Saya Didi dari lingkungan di bawah situ." Meskipun terlambat Mas Didi mencoba mengikuti alur pertemuan siang itu. Namun setelah melihat Ocha, perhatian Mas Didi jadi tak fokus. Lama-lama Mas Didi ini tidak mendengarkan Mas Bejo malah asik menebarkan pesona pada Ocha. Mas Didi menanyakan lingkungan, kuliah, rumah dan yang paling sembrono dia menanyakan apakah sudah punya pacar? Ocha yang merasa diperhatikan sebagai anak baru merasa sangat senang. Kelihatannya lebih asik ngobrol dengan Mas Didi ini daripada mendengar ceramah Mas Bejo. Namun ternyata karena terlalu peka Mas Bejo tahu ada yang tidak memperhatikannya sehingga dia menegur Ocha. "Dik Ocha jangan ngobrol sendiri ya!" Mendengar itu Ocha jadi merah malu. Cubitan nakalpun melayang ke paha Mas Didi. Gara-gara cubitan itulah teman-teman yang lain menganggap ada sesuatu diantara mereka berdua. Itulah awal mengapa di manapun teman-teman Mudika Paroki menganggap ada sesuatu diantara mereka berdua. Namun gosip yang beredar di kalangan Mudika Paroki tentang dirinya kalah santer dengan beredarnya gosip tentang seniornya sendiri yaitu Mas Be. Aneh, Mudika sering bilang bahwa Mas Be sedang naksir Bronis. Ocha juga tidak tahu siapa yang dimaksud Bronis itu.
Merasa penasaran, dicari juga kata "Bronis" di kamus Bahasa Indonesia namun tidak ditemui arti kata itu. Lalu dicarinya juga dikamus Bahasa Inggris juga tidak ada. Lalu akhirnya dia tahu maksud kata "Bronis" itu setelah mendengar radio secara tak sengaja menjelang tidur. Tapi rasa penasaran itu belum juga pudar jika belum tahu siapa yang dimaksud teman-teman dengan "Si Bronis" itu. Tadinya dirinya sempat curiga setelah tahu bahwa arti Bronis itu adalah kependekan dari "Berondong Manis". Ocha juga sempat besar kepala apakah mungkin Mas Be juga suka pada adik yuniornya yang satu lingkungan ini. Namun besar kepalanya kembali mengecil setelah tahu siapa yang dimaksud anak-anak Mudika dengan sebutan Bronis itu. Ternyata penanggung jawab Misa Inovatif kemaren, pantes Mas Be semangat banget mengajak dirinya dan teman-teman Mudika senior yang lain untuk menyukseskan acara itu ternyata ada misi itu di baliknya. Namun Ocha semakin tidak mengerti setelah selesai acara Misa Inovatif dan diselenggarakan pembubaran panitia, Mas Be langsung membentuk panitia baru untuk acara Hari Valentin. Namun kali ini bukan acara misa lagi seperti kemaren. Aneh ini Mas Be, lalu muncul banyak pertanyaan dalam benaknya "Ah mungkin pada hari Valentin nanti Mas Be akan mengungkapkan perasaannya pada "Si Bronis" itu." Pikir Ocha. Ocha juga tak mengerti mengapa dia dijadikan panitia lagi.
Hari Valentin tiba, acara ini diisi dengan lomba menulis puisi, surat cinta, cerpen, dan pementasan drama. Ocha berpikir pasti Mas Be sudah merencanakan semua ini. Pada pementasan drama nanti pasti dia akan meniru acara di tivi itu yaitu "katakan cinta". "Ah Mas Be ini ternyata latah juga dan gak kreatip." Pikir Ocha dalam hati. Dia juga sudah membayangkan pada acara pementasan drama nanti betapa lucunya jika seorang senior seperti Mas Be itu mengungkapkan perasaannya kepada Si Bronis. Orang yang keras dan jarang berbicara lembut jika mengatakan cinta pasti lucu. Ocha juga menghayal alangkah terkejutnya hati Si Bronis yang lugu itu jika tahu bahwa Mas Be tiba-tiba mengungkapkan cintanya di depan umum pasti akan sangat lucu. Bayangan-bayangan tentang apa yang akan dilakukan Mas Be pada hari Valentin membuat Ocha jadi geli sendiri.
Pada saat pembukaan acara Ocha tersenyum sendiri setelah tahu Master of Ceremony acara itu adalah Si Bronis dan Si Brona. Perempuan manis berkulit putih berwajah imut itu dengan piawai membawakan acara yang menarik banyak mudika khususnya yang laki-laki untuk duduk lama dan memperhatikannya dalam setiap sesi. Memang layak jika dia sering disebut-sebut sebagai "Berondong Manis" sebab memang manis bener, Ocha pun mengakui hal tersebut dalam hati. Pasangan MC-nya adalah laki-laki ganteng berkacamata yang juga banyak menarik hati para perempuan. Layak juga dia disebut-sebut sebagai "Berondong Nakal". Laki-laki ganteng yang memang nakal dan suka membuat para gadis patah hati ini. Ocha pun pernah dibuatnya patah hati ketika dulu sempat naksir namun oleh Brona selalu tidak diperhatikan. Setiap haripun Ocha pernah menelpon Si Brona dan awalnya ditanggapi dengan hangat namun betapa sakit dan patah hatinya Ocha ketika suatu hari Brona memperkenalkan seorang wanita yang mengaku pacar Brona di parkiran gereja suatu sore. Ocha berusaha melupakan masa lalu itu dan sekarang yang dia tunggu adalah saat dimana Mas Be mengungkapkan perasaannya kepada Si Bronis itu.
Sesi demi sesi berlalu dan betul ada bagian acara di mana di situ ada acara seperti "katakan cinta". Kali ini Mas Be kena sebagai korban. Di situ Ocha sudah menebak bahwa dia akan mengungkapkan perasaannya kepada Bronis tapi dugaannya meleset ternyata wanita yang kena adalah teman perempuan satu lingkungannya sendiri yaitu Si Ndut. "Ah jadi tidak lucu ini acara." Apesnya lagi malah gantian dirinya yang dikerjain lagi oleh Mas Be. Kali ini Si Dholop yang harus mengungkapkan cintanya kepada dirinya lewat sekuntum mawar merah. Dholop itu adalah bahasa kebalikan anak gaul Jogja. Dalam arti yang sebenarnya dholop itu adalah bohong. Mungkin dijuluki "Si Dholop" karena dia suka berbohong. Tahu arti namanya saja Ocha sudah takut. Apalagi harus menjawab ungkapan rasa cinta Dholop kepadanya. Sulit dibayangkan apa yang harus dikatakannya kepada Dholop. Dalam hati dia mengumpat, "Awas nanti Mas Be suatu hari akan gantian kukerjain!"
Upaya agar bisa membalas apa yang pernah dilakukan Mas Be pada dirinya belum pudar. Namun bagaimana caranya? Sebab sulit juga untuk mengubah pola pikir para Mudika yang latah. Jika Mas Bejo ngomong A, yang lain ikut-ikutan ngomong A. Jika Mas Be ngomong R yang lain ikut-ikutan ngomong R. Pokoknya sulit mengajak para Mudika itu untuk punya pendapat sendiri. Ocha juga pernah membaca buku bahwa hal seperti itu adalah "politik granat" dimana satu orang berteriak dengan suara keras maka orang di sekitarnya akan ikut-ikutan meneriakkan dan mengikuti suara yang keras itu meskipun belum tentu benar. Hal itu ternyata terjadi lagi ketika Mudika Paroki mengadakan acara ziarah ke Gua Maria Sriningsih, Klaten. Selesai ziarah, Mudika mengadakan acara di Kapel bawah. Acara ini awalnya menarik karena yang mengisi tiga orang frater yang belum dikenal oleh para Mudika sehingga para Mudika masih segan dengan mereka. Namun setelah acara hampir selesai tiba-tiba Mas Gerald dan Mas Be mengambil alih acara. Acara terakhir diisi dengan acara pemilihan pengurus baru Mudika Paroki. Semua peserta terkejut karena tidak pernah tahu bahwa akan ada acara pemilihan pengurus baru Mudika Paroki. Tiba-tiba sudah ada lima orang yang dikandidatkan menjadi calon ketua Mudika Paroki. Alangkah terkejutnya Ocha ketika namanya juga disebut. Dia yang dari tadi bisa cengar-cengir lalu terdiam ketika harus maju ke depan karena namanya terpilih dan mengantongi suara terbanyak. Mau tak mau dia akan menjadi Ketua Mudika Paroki periode berikutnya. Apa yang akan dia lakukan dan programkan dia sendiri belum tahu.
Sore itu tiga buah bus yang membawa rombongan Mudika Paroki mulai bergerak dan meninggalkan lapangan bola tempatnya tadi parkir. Secara pelan namun pasti tiga buah bus itu melaju menuju sebuah gereja yang atapnya melengkung. Di salah satu bus ada seorang wanita berkulit putih, berkacamata yang duduk diam seolah merenung, "Andai dulu aku tidak menanggapi ajakan salah seorang Mudika Seniorku, nasib dan tanggung jawabku tidak akan seperti ini."
Klaten, Mei 2008
Awalnya karena dia aktif di Mudika Lingkungan, seorang seniornya di Mudika Lingkungannya menelpon dengan suara keras yang menandakan sifatnya, "Ini Mas Be, Dik kamu mau jadi panitia nggak? Soalnya ini panitianya kurang. Nanti tak bantu deh dengan senior yang lain. Gimana mau ya?" Karena merasa tidak punya kegiatan lain mungkin hanya kuliah dan berkegiatan di kampus namun di gereja dia belum pernah ikut kegiatan apapun akhirnya diterima juga tawaran Mas Be tersebut. Tak pernah disadarinya bahwa kesanggupan itulah awal dari segalanya.
Pada rapat pertama yang diadakan di sebuah serambi gedung dua lantai yang sering digunakan untuk rekaman itu, Ocha masih menjadi pendengar yang baik karena hanya dua orang yang dikenalnya di situ yaitu Mas Be dan Ketua Mudika Lingkungannya sendiri, sedangkan yang lain baru pertama kali tahu namanya setelah mereka semua memperkenalkan diri. Sebenarnya wajah-wajah itu tidak asing baginya sebab dia sering melihat mereka di gereja. Khususnya seorang laki-laki yang berkulit gelap, berambut agak gondrong, dan kemana-mana memakai jaket kulit hitam serta mengendarai motor laki-laki honda CB yang sudah butut itu. Laki-laki itu juga sering dilihatnya ikut paduan suara di deretan belakang juga pernah membacakan pasio sebagai Yesus. Laki-laki itulah yang membuka rapat siang itu. Dari cara bicaranya Ocha tahu bahwa laki-laki itu sangat menguasai teknik berbicara di depan umum sebab dia tidak pernah grogi seperti dirinya. Setelah memperkenalkan diri baru tahulah dia bahwa laki-laki ini yang bernama Mas Bejo yang terkenal itu.
Ketika sedang terbuai mendengar suara Mas Bejo yang sedang bercerita bahwa dia prihatin dengan kondisi gereja ini khususnya kaum mudanya yang tidak aktif dan tidak mau bangkit dari ketidurannya selama ini. Tiba-tiba ada laki-laki agak gemuk yang berkulit gelap mengaku terlambat lalu mendekati dirinya dan memperkenalkan diri, "Saya Didi dari lingkungan di bawah situ." Meskipun terlambat Mas Didi mencoba mengikuti alur pertemuan siang itu. Namun setelah melihat Ocha, perhatian Mas Didi jadi tak fokus. Lama-lama Mas Didi ini tidak mendengarkan Mas Bejo malah asik menebarkan pesona pada Ocha. Mas Didi menanyakan lingkungan, kuliah, rumah dan yang paling sembrono dia menanyakan apakah sudah punya pacar? Ocha yang merasa diperhatikan sebagai anak baru merasa sangat senang. Kelihatannya lebih asik ngobrol dengan Mas Didi ini daripada mendengar ceramah Mas Bejo. Namun ternyata karena terlalu peka Mas Bejo tahu ada yang tidak memperhatikannya sehingga dia menegur Ocha. "Dik Ocha jangan ngobrol sendiri ya!" Mendengar itu Ocha jadi merah malu. Cubitan nakalpun melayang ke paha Mas Didi. Gara-gara cubitan itulah teman-teman yang lain menganggap ada sesuatu diantara mereka berdua. Itulah awal mengapa di manapun teman-teman Mudika Paroki menganggap ada sesuatu diantara mereka berdua. Namun gosip yang beredar di kalangan Mudika Paroki tentang dirinya kalah santer dengan beredarnya gosip tentang seniornya sendiri yaitu Mas Be. Aneh, Mudika sering bilang bahwa Mas Be sedang naksir Bronis. Ocha juga tidak tahu siapa yang dimaksud Bronis itu.
Merasa penasaran, dicari juga kata "Bronis" di kamus Bahasa Indonesia namun tidak ditemui arti kata itu. Lalu dicarinya juga dikamus Bahasa Inggris juga tidak ada. Lalu akhirnya dia tahu maksud kata "Bronis" itu setelah mendengar radio secara tak sengaja menjelang tidur. Tapi rasa penasaran itu belum juga pudar jika belum tahu siapa yang dimaksud teman-teman dengan "Si Bronis" itu. Tadinya dirinya sempat curiga setelah tahu bahwa arti Bronis itu adalah kependekan dari "Berondong Manis". Ocha juga sempat besar kepala apakah mungkin Mas Be juga suka pada adik yuniornya yang satu lingkungan ini. Namun besar kepalanya kembali mengecil setelah tahu siapa yang dimaksud anak-anak Mudika dengan sebutan Bronis itu. Ternyata penanggung jawab Misa Inovatif kemaren, pantes Mas Be semangat banget mengajak dirinya dan teman-teman Mudika senior yang lain untuk menyukseskan acara itu ternyata ada misi itu di baliknya. Namun Ocha semakin tidak mengerti setelah selesai acara Misa Inovatif dan diselenggarakan pembubaran panitia, Mas Be langsung membentuk panitia baru untuk acara Hari Valentin. Namun kali ini bukan acara misa lagi seperti kemaren. Aneh ini Mas Be, lalu muncul banyak pertanyaan dalam benaknya "Ah mungkin pada hari Valentin nanti Mas Be akan mengungkapkan perasaannya pada "Si Bronis" itu." Pikir Ocha. Ocha juga tak mengerti mengapa dia dijadikan panitia lagi.
Hari Valentin tiba, acara ini diisi dengan lomba menulis puisi, surat cinta, cerpen, dan pementasan drama. Ocha berpikir pasti Mas Be sudah merencanakan semua ini. Pada pementasan drama nanti pasti dia akan meniru acara di tivi itu yaitu "katakan cinta". "Ah Mas Be ini ternyata latah juga dan gak kreatip." Pikir Ocha dalam hati. Dia juga sudah membayangkan pada acara pementasan drama nanti betapa lucunya jika seorang senior seperti Mas Be itu mengungkapkan perasaannya kepada Si Bronis. Orang yang keras dan jarang berbicara lembut jika mengatakan cinta pasti lucu. Ocha juga menghayal alangkah terkejutnya hati Si Bronis yang lugu itu jika tahu bahwa Mas Be tiba-tiba mengungkapkan cintanya di depan umum pasti akan sangat lucu. Bayangan-bayangan tentang apa yang akan dilakukan Mas Be pada hari Valentin membuat Ocha jadi geli sendiri.
Pada saat pembukaan acara Ocha tersenyum sendiri setelah tahu Master of Ceremony acara itu adalah Si Bronis dan Si Brona. Perempuan manis berkulit putih berwajah imut itu dengan piawai membawakan acara yang menarik banyak mudika khususnya yang laki-laki untuk duduk lama dan memperhatikannya dalam setiap sesi. Memang layak jika dia sering disebut-sebut sebagai "Berondong Manis" sebab memang manis bener, Ocha pun mengakui hal tersebut dalam hati. Pasangan MC-nya adalah laki-laki ganteng berkacamata yang juga banyak menarik hati para perempuan. Layak juga dia disebut-sebut sebagai "Berondong Nakal". Laki-laki ganteng yang memang nakal dan suka membuat para gadis patah hati ini. Ocha pun pernah dibuatnya patah hati ketika dulu sempat naksir namun oleh Brona selalu tidak diperhatikan. Setiap haripun Ocha pernah menelpon Si Brona dan awalnya ditanggapi dengan hangat namun betapa sakit dan patah hatinya Ocha ketika suatu hari Brona memperkenalkan seorang wanita yang mengaku pacar Brona di parkiran gereja suatu sore. Ocha berusaha melupakan masa lalu itu dan sekarang yang dia tunggu adalah saat dimana Mas Be mengungkapkan perasaannya kepada Si Bronis itu.
Sesi demi sesi berlalu dan betul ada bagian acara di mana di situ ada acara seperti "katakan cinta". Kali ini Mas Be kena sebagai korban. Di situ Ocha sudah menebak bahwa dia akan mengungkapkan perasaannya kepada Bronis tapi dugaannya meleset ternyata wanita yang kena adalah teman perempuan satu lingkungannya sendiri yaitu Si Ndut. "Ah jadi tidak lucu ini acara." Apesnya lagi malah gantian dirinya yang dikerjain lagi oleh Mas Be. Kali ini Si Dholop yang harus mengungkapkan cintanya kepada dirinya lewat sekuntum mawar merah. Dholop itu adalah bahasa kebalikan anak gaul Jogja. Dalam arti yang sebenarnya dholop itu adalah bohong. Mungkin dijuluki "Si Dholop" karena dia suka berbohong. Tahu arti namanya saja Ocha sudah takut. Apalagi harus menjawab ungkapan rasa cinta Dholop kepadanya. Sulit dibayangkan apa yang harus dikatakannya kepada Dholop. Dalam hati dia mengumpat, "Awas nanti Mas Be suatu hari akan gantian kukerjain!"
Upaya agar bisa membalas apa yang pernah dilakukan Mas Be pada dirinya belum pudar. Namun bagaimana caranya? Sebab sulit juga untuk mengubah pola pikir para Mudika yang latah. Jika Mas Bejo ngomong A, yang lain ikut-ikutan ngomong A. Jika Mas Be ngomong R yang lain ikut-ikutan ngomong R. Pokoknya sulit mengajak para Mudika itu untuk punya pendapat sendiri. Ocha juga pernah membaca buku bahwa hal seperti itu adalah "politik granat" dimana satu orang berteriak dengan suara keras maka orang di sekitarnya akan ikut-ikutan meneriakkan dan mengikuti suara yang keras itu meskipun belum tentu benar. Hal itu ternyata terjadi lagi ketika Mudika Paroki mengadakan acara ziarah ke Gua Maria Sriningsih, Klaten. Selesai ziarah, Mudika mengadakan acara di Kapel bawah. Acara ini awalnya menarik karena yang mengisi tiga orang frater yang belum dikenal oleh para Mudika sehingga para Mudika masih segan dengan mereka. Namun setelah acara hampir selesai tiba-tiba Mas Gerald dan Mas Be mengambil alih acara. Acara terakhir diisi dengan acara pemilihan pengurus baru Mudika Paroki. Semua peserta terkejut karena tidak pernah tahu bahwa akan ada acara pemilihan pengurus baru Mudika Paroki. Tiba-tiba sudah ada lima orang yang dikandidatkan menjadi calon ketua Mudika Paroki. Alangkah terkejutnya Ocha ketika namanya juga disebut. Dia yang dari tadi bisa cengar-cengir lalu terdiam ketika harus maju ke depan karena namanya terpilih dan mengantongi suara terbanyak. Mau tak mau dia akan menjadi Ketua Mudika Paroki periode berikutnya. Apa yang akan dia lakukan dan programkan dia sendiri belum tahu.
Sore itu tiga buah bus yang membawa rombongan Mudika Paroki mulai bergerak dan meninggalkan lapangan bola tempatnya tadi parkir. Secara pelan namun pasti tiga buah bus itu melaju menuju sebuah gereja yang atapnya melengkung. Di salah satu bus ada seorang wanita berkulit putih, berkacamata yang duduk diam seolah merenung, "Andai dulu aku tidak menanggapi ajakan salah seorang Mudika Seniorku, nasib dan tanggung jawabku tidak akan seperti ini."
Klaten, Mei 2008
2 comments:
"MUDIKA PAROKI KEDEPAN" cerita yang tak bersetuktur (kabanyakan ide)
maaf ya...
aihk qm sk si brona ito ?
Post a Comment